Simbol Ulama Betawi yang Hilang

Simbol Ulama Betawi yang Hilang

  • Tokoh
  • 8 Oktober 2022
  • No Comment
  • 111

Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan hidup yang memprihatinkan, Kejahatan menjadi hal yang biasa, sememntara kebaikan berwujud asing di tengah kehidupan. Tengok saja sarana-sarana kemaksiatan semakin diminati orang, sementara tempat-tempat ibadah dan lahan-lahan amal shaleh nyaris kosong dan sepi dari jamahan orang.

Ini adalah suatu keberhasilan yang nyata bagi misi sang mahkluk bernama syetan. Ia kerap kali membuat indah setiap keburukan dan menjauhkan manusia dari kebaikan. Keberhasilan ini tak lepas dari peran wali-walinya yang setia membantu. Mulai dari para pemimpin yang zhalim, para konglomerat yang menafkahkan hartanya untuk menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan para ‘pejuang’ yang gigih di jalan kebatilan. Mereka senantiasa melakukan berbagai macam cara dama menyuburkan kejahatan, keburukan dan pengingkaran terhadap Allah SWT.

Era globalisasi yang membuat dunia ini seperti satu kampung kecil, dimana setiap informasi dari belahan bumi manapun bisa diakses oleh stiap orang dengan mudah, merupakan lahan empuk bagi para wali syetan itu dalam melaksanakan misinya. Mereka tak henti-hentinya menyebarkan pemikiran-pemikiran dan prilaku-prilaku busuk serta gaya hidup yang lebih rendah dari binatang, melalui tontonan, bacaan, iming-iming harta kekayaan dan melalui media lainnya. Dengan gaya yang memukau dan membuat setiap orang tertarik.

Kenyataan ini begitu sulit dihadapi oleh orang-orang beriman. Bahkan tak mustahil bagi orang yang imannya masih tipis dan rapuh terjerumus dalam kedurhakaan, karena teramat beratnya godaan dan perangkap yang menelikung dirinya. Rasullullah SAW menjelaskan beratnya ujian keimanan pada saat ini dengan sabdanya, “Orang yang sabar dalam menegakkan agamanya di antara mereka bagaikan orang yang mengenggam bara api.”(HR. Tirmidzi)

Memegang teguh keimanan bagaikan mengenggam bara api, karena betapa beratnya godaan yang menerjang. Maka, tidak sedikit orang-orang yang beriman khussunya pada saat ini akibat godaan itu dan didorong pula oleh derasnya hawa nafsu dalam dirinya, berjatuhan dari jalan keimanan. Mereka terperosok di lubang-lubang dosa, tercebur di lumpur-lumpur maksiat, dan terlempar ke dalam juarang kenistaan.

pada saat ini tidak sedikit orang-orang yang beriman berjatuhan dari jalan keimanan akibat godaan dan dorongan hawa nafsu

Di antara mereka ada yang tergoda oleh wanita, tergoda dengan harta kekayaan, dan ada pula yang tergoda dengan kekuasaan, Kehidupan mereka tidak jauh dari selalu mengumpulkan kesenangan duniawi yang rapuh yang jika suatu saat pemilik dari segala kehidupan ini mengambilnya, yaitu Allah Azza wa jalla, maka tidak ada daya dan upaya dalam menahannya, dengan begitu mereka selalu berkutat dan berputar dalam lingkaran syetan. Allah SWT mengambarkan kerapuhan hidup mereka dalam firman-Nya berikut ini,

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, justru Kami bukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”(Al-An’am [6]:[44])

Dengan kehidupan yang rapuh yang tergambar di sekeliling kita, mulai dari kerapuhan iman, kerapuhan moral, kerapuhan perasaan belas kasih terhadap sesama, dan kerapuhan akan tujuan hidup yang dijalani bagi orang yang tertipu sehingga membuat dirinya tidak lagi memikirkan hendak kemanakah sebenarnya perjalanan hidupnya dan untuk apa hidup ini ada. Lantas akankah kita menjadi bagian dari mereka yang tergerus godaan zaman? ataukah kita hendak menegakkan diri dan meluruskan langkah untuk mengambil bagian dari solusi atas segala permasalahan kehidupan ini? itu tergantung kepada sikap dan pola hidup kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita.

Lantas akankah kita menjadi bagian dari mereka yang tergerus godaan zaman?

Bergantung pula kepada kesibukan apa yang senantiasa kita jalani, apakah ibadah dan dakwahm ataukah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pencapaian-pencapaian keberhasilan duniawi dan kosong dari makna ibadah dan dakwah tersebut, atau juga menjalani hidup ini dengan hanya sebatas hura-hura dan sebagainya.

DAlam ayat berikut ini Allah SWT memberikan kita satu semnagat untuk istiqomah di jalan-Nya tanpa sejenak pun menoleh dengan perasaan iri terhadap orang-orang yang tertipu dengan kehidupan dunia,

“Dan bersabarlah engkau bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya, dan jangalah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.”(QS. Al-Kahfi [18]:28).

Wallahu Al’lam.

 

Artikel Terkait

Jakarta Kota Peradaban

Jakarta Kota Peradaban

Mari bersama kita jadikan Jakarta sebagai kota peradaban dan mengusung indonesia berperadaban
PeciMerah Betawi mendukung Penuh DARMA KUN untuk calon gubernur DKI

PeciMerah Betawi mendukung Penuh DARMA KUN untuk calon gubernur DKI

Pada Kamis (16/8/2024), KPU DKI Jakarta telah melakukan rapat pleno hasil verifikasi faktual syarat dukungan calon…
Ngaji Budaya Saban Malem Sabtu

Ngaji Budaya Saban Malem Sabtu

HADIR YEE! Ngeriung Girang edisi ke-12, Jumat malem sabtu, Tgl 01 September 2023, pukul 19:30 sd…

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *