Sukses dan Gagal dalam Hidup itu Pilihan
- Motivasi
- 8 Oktober 2022
- No Comment
- 107
Siapa dan apa pun fungsi kita maka tidak akan pernah terlepas dari adanya pilihan. Fungsi hidup ini sejatinya adalah menetapkan pilihan yang tersedia. Banyak pihak yang berpikir, bahwa dengan berdiam diri ia merasa tidak menetapkan pilihan. Sungguh kekeliruan yang sangat menyesatkan. Sebab, dalam diam pun terdapat pilihan dengan bentuk serta ragamnya sendiri. Pilihan yang dimaksud di sini bukan hanya sebagai reaksi yang ditunggu kedatangannya, akan tetapi juga sebagai tindakan yang dilatari oleh adanya motivasi internal maupun eksternal atas sesuatu. Sebagai contoh, pada saat seorang suami tidak menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga dengan menelantarkan anak dan istrinya, sungguh ia telah menetapkan pilihan berupa datangnya murka Allah Subhanahu wa Ta’ala, maupun murka dalam bentuk lainnya. Seperti hilangnya rasa simpati buat dirinya dari berbagai pihak, maupun terlepasnya hak yangsebelumnya menjadi skala bagi diri dan sekaligus kepentingannya di masa mendatang.
Ini bukan karena mereka tidak bisa menemukan solusi. Akan tetapi, lebih karena mereka tidak mampu memahami permasalahan
Jika kita tidak membuat pilihan seperti yang telah dituntunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya kita akan menemui sejumlah penyimpangan yang berdampak langsung maupun tidak terhadap hak serta fungsi keberadaan kita. Penyimpangan itu akan meresahkan ketenangan kita, yang kemudian akan berbuntut pada menghambat gerak langkah kita dalam menjalani hidup. Rasa sesak itu sungguh kontraproduktif, dan sangat tidak menyenangkan jika dibiarkan bertumpuk serta memenuhi rongga dada kita. Sedangkan pilihan yang sesuai dengan tuntunan Allah Subhanahu wa TA’ala pasti akan selalu memermudah jalan kita jika di dalam prosesnya sempat menemui cobaan atau rintangan, sebagai pemanis dan sekaligus dinamika yang mesti kita lewati.
Oleh itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala, berpesan di dalam firman-Nya,
“Dia-lah Rabb yang memerlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, juga Dia yang mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, demikian pula para malaikat, karena takut kepada-Nya. Dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Namun mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Rabb Yang Mahakeras siksa-Nya. Hanya bagi Allah-lah hak mengabulkan do’a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memerkenankan sesuatu pun keinginan bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air itu ke mulutnya. Padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya –dengan posisi tangan yang terbuka–. Dan do-a (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa. Dan bersujud pula bayang-bayang mereka di waktu pagi maupun petang hari” (Qs. ar-Ra’d [13[, 12-15).
Kita semua memiliki perubahan besar dalam hidup, yang kurang lebih nilainya sama seperti kesempatan kedua
Ayat ini sekaligus memberikan arahan dan jalan keluar yang terjamin, serta bagi terbukanya berbagai alternatif yang tersedia apabila dalam pelaksanaannya terkendala –baik secara internal maupun eksternal– dengan segala sesuatu yang tidak kita inginkan. Pilihan yang tersedia sama-sama mendatangkan konsekuensi logis yang mesti dituai. Tinggal sekarang bergantung kepada pemilih sendiri akan menetapkan pilihan yang mana, menyenangkan atau justru yang berpotensi menyengsarakan diri sendiri?